Nabi Adam A.S. merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan darjatnya menjadi nabi yang pertama. Baginda diutuskan kepada anak cucunya agar menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Maka di antara mereka ada yang taat dan ada pula yang enggan.
Nabi Adam A.S. pada mulanya ditempatkan di syurga tetapi telah di turunkan ke bumi bersama istrinya, Hawa karena mengingkari perintah Allah.
Siti Hawa Bukan Berasal dari Tulang Rusuk Nabi Adam?
Hawa, Rusuk Adam, dan Orang Madura
Karena para ahli di Mesir masih berdebat bagaimana proses penciptaan Hawa
bukan dan ya dari rusuk bengkok Nabi Adam praktis yang mengikuti
perdebatan unik itu, harus menunda keyakinan sebelumnya bahwa Hawa dibuat dari
Rusuk Adam. Asyik.
Bagi sebagian orang, debat itu, pasti cuma sekadar sejumlah paradoks
metodologi penakwilan para ulama versus fuqoha. Dan, kambing hitamnya ialah
mitos Israiliat. Kesian deh lu pengikut Phillo (perintis mazhab monoteisme
Yahudi yang diganyang kaum phaganis pada masa Caligula).
Jika menggunakan paradigma antrop Muhammad Arkoen, debat itu mau tak mau --
antara kubu Mitologi (Usthurah) versus kubu Myte (Khurafat) akhirnya. Kubu
Usthurah adalah Penasihat Menteri Wakaf Mesir, DR Abdulgani Shama, lalu DR
Aminah Nuseir, guru besar Aqidah dan Filsafat Universitas Al-Azhar, Kairo,
diikuti pakar Muslim Abdul Fatah Asakir beserta para moderat lainnya, termasuk
Al-Bayan.
Di kubu Khurafat, ialah DR Musthafa Al-Shuk`ah, Anggota Lembaga Riset Islam
Mesir berserta kaum tradisional yang mendominasi lembaga itu.
"Ibunda Hawa dibuat dari tulang rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang
keliru, kata DR Abdul Ghani Shama kepada SKH Al-Bayan, Jumat (20/4). Adam dan
Hawa, menurutnya, diciptakan dari materi yang sama. Keyakinan bahwa Hawa dibuat
dari tulang rusuk Adam, berasal dari kisah Israiliyat, kisah-kisah yang tidak
jelas asalnya.
Mustafa Al-Shukah menangkis dengan tak kalah satir, Mereka yang tak
mengakui Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, tak mengerti Islam.
Sebab, ayat Al-Qur`an menjelaskan bahwa yang dimaksud nafsun wahidah, ialah
Nabi Adam. Dengan demikian, Hawa dijadikan dari nafsun wahidah. Artinya,
diciptakan dari Nabi Adam, lalu umat manusia berkembang dari keduanya".
Saya tak yakin signifikansi pencapaian periset Mesir karena mereka berhadapan
dengan penguasa yang sangat otoriter dan korup. Saat saya menjajagi penelitian
Abinuwas Qonun, 2005, di sana, diketahui bahwa Hosni Mubarak melarang kegiatan
penelitian lapangan. Yang diizinkan hanya penelitian pustaka. Dengan demikian,
menggunakan arogansi Sarjana Anglo Saxon, penelitian seperti itu hanya mampu
mencapai kualitas ilmiah kelas dua.
Namun, lepas dari itu, apa pun yang timbul debat tulang rusuk para ilmuwan
Mesir itu, yang tampak bagi saya ialah keindahan yang dibawa oleh Rasululah
dalam subtansi debat itu sendiri. Metafora keindahan di situ, masih meminjam
perspektif kritis Arkoen, Rasulullah tak pernah memaksa orang untuk masuk
Islam. Transaksi keyakinan yang dilakukan Rasululah, terletak pada
keindahannya.
Dalam faktanya, yang diimani para Muslim hingga saat ini sebagai tauhid, tak
lebih dari perjalanan sejarah agama yang senantiasa terkooptasi oleh kekuatan
politik. Oleh karenanya, konstruksi sejarah agama harus beroleh (i) konfirmasi
kritis dari pengetahuan Mitologi tak cukup myte, (ii) konfirmasi kritis
pengetahun ilmu Sejarah, dan (iii) konfirmasi kritis dari pengetahuan ilmu
Filsafat untuk mencapai keindahan Rasulullah.
Kembali kepada debat para ulama dan fuqoha Mesir itu -- termasuk debat
khilafiah lainnya -- adalah penting memberi fokus ke arah tiga unit konfirmasi
kritis Arkoen tadi, sehingga warisan Rasullullah itu tidak mandeg, jumud,
melainkan berkembang ke arah enlightenment dan empowerment Muslim guna menjawab
tantangan perkembangan dunia yang pesat dan rumit.
Mengapa demikian? Secara kasuistik, keyakinan bahwa Hawa diciptakan dari
rusuk Nabi Adam, telah menimbulkan masalah fatal di Indonesia. Pertama, akibat
keyakinan itu, terjadi pelanggaran hak azasi manusia (HAM), di mana perempuan
dianggap sebagai mahkluk kelas dua yang kemudian hak-haknya dibedakan dari kaum
pria. Dan, dalam buku Pembagian Kerja Secara Seksual (Graffiti, 1986), Prof
Arief Budiman mengemukakan, Injil juga menaruh kaum perempuan sebagai mahkluk
bodoh dan warga kelas dua.
Kedua, paradigma Hawa diciptakan dari rusuk Nabi Adam yang kemudian
di-juncto-kan ke ayat 30 Al-Baqoroh, dengan sendirinya telah menutup upaya
berlangsungnya emansipasi wanita untuk mengangkat peran wanita ke wilayah
publik, yang saat ini sekitar 80 persen wanita Indonesia hanya berhak menguasai
wilayah domestik, pada gilirannya berpengaruh besar terhadap produktivitas
pembangunan nasional.
Ketiga, secara manajemen. Diakui atau tidak, sekali pun di wilayah politik
sudah ada semangat dan upaya agar 30 persen manajemen diisi wanita, dalam
faktanya tak mengurangi derajat manajemen seksis dibandingkan dengan derajat
seksisme zaman emansipasi sosialis masih eksis sebelum 1994.
Hitungan secara metode ekonomi, penghuni terbesar sektor kerja primer
(pertanian tradisional) di Indonesia adalah kaum wanita itu sektor
pheriferal. Yang diinginkan oleh arsitek ekonomi dalam mengelola ekonomi
pembangunan, adalah upaya yang mampu mendorong migrasi tenaga kerja dari sektor
primer ke sektor sekunder (industri & konstruksi) dan sektor tersier (jasa)
yang berakibat berlangsungnya pergeseran struktur ekonomi. Perbandingannya kini
adalah 1:3. Dengan kata lain, secara metode PDB, satu tenaga kerja di sektor
sekunder dan tersier, equivalent dengan tiga tenaga kerja sektor primer. Atau
dengan persamaan: satu tenaga kerja sektor sekunder dan tersier, mensubsidi
tiga tenaga kerja sektor primer yang, 80 persen dikuasai oleh wanita tadi.
Dari data itu, kegagalan kita mendorong kaum wanita ke wilayah publik yang
adil, adalah sama dengan kegagalan mengubah struktur ekonomi. Jadi, jangan
melulu nyalahin IMF dan Mafia Berkeley. Justru kita punya pekerjaan rumah yang
tak bisa rampung hanya dengan cara mengumpat, yakni memindah kaum wanita ke
wilayah sekunder dan tersier -- meminjam metafora Patricia Aburdene, When the
woman moved from bed room to board room -- tatkala kaum wanita pindah dari
kamar tidur ke kamar direksi.
Keempat, pasar Indonesia saat ini tak mampu menyerap pertumbuhan tenaga kerja
yang 2.400.000 per tahun akibat rendahnya produktitas tadi, antara lain akibat
perempuan tak jua pindah ke sektor sekunder dan tersier yang lebih modern,
sebagian besar berakar pada mitos rusuk Nabi Adam. Logikanya, tiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi, menyerap sebanyak 240.000 tenaga kerja. Dengan demikian,
untuk menyerap habis pertumbuhan tenga kerja yang 2.400.000 itu, dibutuhkan
pertumbuhan ekonomi 10 persen. Dalam faktanya, proyeksi pertumbuhan ekonomi
dalam proyeksi APBN, hanya berkisar 6 persen. Dengan demikian yang terserap
hanya sebanyak 6 x 240.000 = 1.440.000 tenaga kerja. Sebanyak 960.000 tenaga
kerja tidak terserap. Jika 960.000 tenaga kerja itu dibiarkan menganggur, emisi
yang diberikan adalah kerusuhan sosial. Dan, orang kaya yang terutama menjadi
sasaran kebencian dan perampokan.
Hanya ada tiga opsi bagi pemerintah untuk menanggulanginya: (i) menambah
modal di APBN -- kian besar modal, kian lebar lapangan kerja. Mustahil
dilakukan karena saat ini saja, APBN mengalami defisit Rp 53 triliun, sementara
pertumbuhan yang 6 persen itu pun disubsidi oleh hutang luar negeri, (ii)
menurunkan kualitas UMR dari 240.000 per 1 persen pertumbuhan menjadi 400.000.
Ini yang terjadi saat ini sehingga buruh kian terinjak, (iii) mengekspor TKI,
ini yang paling menguntungkan: sekitar 200.000-an ke Malaysia, 300.000-an ke
Jazirah, 100.000-an ke Cina dan Eropa. Tahun lalu, TKI menyumbang 8 miliar USD.
Untuk itu, saya ucapkan selamat atas terbentuknya Koperasi TKI oleh Jumhur
Hidayat dan Agus Miftah yang akan bergerak membangun jaringan lawyer TKI di
semua wilayah ekspor dan Bank TKI. Ringkasnya, produktivutas yang rendah,
menyebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi terbatas.
Kelima, hubungan rusuk Nabi Adam dengan Mujarabat sebuah sampel. Tahun 1987
saya melakukan penelitian di Pulau Madura, Jawa Timur, kampung halaman saya.
Hipotesis yang harus dijawab penelitian, apakah tradisi Carog (berkelahi sampai
mati menggunakan senjata clurit) di Pulau Madura untuk memuliakan wanita?
Elaborasi penelitian itu, tidak saja menyangkut persepsi, data tragedi,
melainkan juga simbol. Hukum adat tak tertulis di Madura, punishment untuk
laki-laki yang mengganggu isteri orang, adalah dibunuh. Sampai kini, adat
tersebut terpelihara dengan rapi jali. Prinsipnya, tak ada wanita yang serong
jika tak digoda oleh laki-laki. Masuk akal juga: kalau penisnya tak hidup,
tentu saja batal nyerong. Jadi, tak berlaku ayat-ayat Nabi Yusuf di Pulau
Madura. Ke liang kubur pun, pasti anda dicari.
Ternyata bukan untuk memuliakan wanita, melainkan untuk memuliakan Allah.
Yang dijaga adalah rahim wanita, tempat bertapanya anak, sang pewaris keluarga.
Rahim adalah nama Allah. Jadi harus dibela kesuciannya. Wanita dicipta dari
rusuk Adam, jadi rahim itu dijaga oleh tulang rusuk Nabi Adam. Itu sebabnya
tampang clurit menyerupai bengkoknya tulang rusuk. Kemudian, clurit disimpan
diselangkangan laki-laki, berhubungan dengan tugasnya menjaga rahim. Jadi,
model bengkoknya itu pun, dicari lewat petunjuk Kitab Mujarabat, disesuaikan
dengan tanggal bulan kelahiran pemiliknya. Lalu disuluk dan dijesek (Aing
Rajeh). Jadilah bermacam macam bentuk clurit. Akibatnya konyol, wanita bukan
saja terampas hak-haknya, statusnya pun berubah menjadi hak milik laki-laki,
hanya karena ia punya rahim. Tak ada yang membantah pemahaman itu, karena
diajarkan secara sistematis oleh para kiai.
Jadi, saya yakin tesis Ellys Towen Bowsma keliru, yang menyamakan struktur
antropologis orang Madura sama dengan orang Sisilia. Yaitu, keberingasan
antropologis yang bersumber dari rigiditas kesetiaan pengabdian kepada
keluarga. Di Madura, carog bukan pengabdian kepada keluarga, melainkan
pengabdian kepada Rahim. Penelitian lebih lanjut, saya menemukan pemahaman yang
kacau atas istilah Rahim. Awal mula, istilah rahim tidak mengacu mengenai nama
Allah. Yang benar adalah Rahem, kemaluan wanita (vagina). Entah bagaimana
kejadiannya, rahem terpeleset lalu menjelma menjadi rahim (nama Allah). Dan,
sejak berubah menjadi Rahim, ia punya hubungan antropologis dengan rusuk Nabi
Adam. Sejak itu pula, wanita di Madura hingga kini, eksistensinya adalah
property kaum laki-laki, yang seumurnya menjadi when the women never moved from
bed room to board room.
Dus, yang paling berkepentingan dengan debat para ahli di Mesir tadi, adalah
orang Madura, suku bangsa saya sebuah pulau gersang yang menjadi satu-satunya
daerah tertinggal di Pulau Jawa. Ringkasan riwayat hidup
Setelah Allah s.w.t. menciptakan bumi, langit, malaikat-malaikatnya; Allah mahu mencipta pula sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi serta memeliharanya.
Para malaikat ketika dikhabarkan oleh Allah akan kehendak-Nya menciptakan makhluk itu, mereka risau sekiranya kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu akan menyebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau kerana pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disedari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:
- "Wahai Tuhan kami! Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-henti, sedangkan makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, nescaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh kerana berebut untuk menguasai kekayaan alam yang terlihat di atasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerosakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
- "Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, kerana Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian, diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang berbentuk.
Pengetahuan Adam mengenai nama-nama benda
Allah hendak menghilangkan pandangan serong para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkan kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian ditunjukkan benda-benda itu di hadapan para malaikat lalu mencabar malaikat menyebut nama itu untuk kalahkan Adam. Para malaikat tidak berdaya menyahut cabaran Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengaku ketidaktahuaan mereka dengan mengatakan yang mereka tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajarkan mereka.
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahu nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahawa Dia sahaja yang mengetahui rahsia langit dan bumi serta mengetahui apa yang zahir dan tersembunyi.
entuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.
Adam dan Hawa diturunkan ke Bumi
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampunkan perbuatan yang mereka telah lakukan. Hal ini demikian telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian mereka terhadap peringatan Tuhan mengenai Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa pujukan dan rayunya yang manis namun beracun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar tidak mengulangi pelanggaran yang telah dilakukan serta menimbulkan murka seta teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan pujukan Iblis yang dilaknat itu. Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar kerana perbuatan mereka melanggar perintah Allah, hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya. Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk diterokaiya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebahagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan."
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat serta tabiat mereka yang berbeza-beza serta warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia akan hidup berkelompok dan menjadi suku-suku serta bangsa-bangsa yang mana selah satu akan menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh, aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga Allah mengutuskan nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya untuk memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus dan penuh damai , kasih sayang di antara sesama manusia untuk menuju jalan yang diredhai-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Makna Metafora Kisah Adam Dan Hawa
Adam dan Hawa bagi saya adalah representasi dari pada awal kemanusiaan. The onset of humanity. Karena bagaimanapun caranya, kemanusiaan itu harus ada awalnya bukan? [ Dan tentu saja bakal ada akhirnya suatu saat kelak].
Saya merefleksikan Kitab Genesis sebagai kitab refleksi iman dari tokoh penulisnya yaitu Nabi Musa. Termasuk di dalamnya refleksi iman kelompok-kelompok auditor di sekitar masa hidup Musa yang bersama-sama telah menyusun atau merampungkan kelima unsur Kitab Taurat.
Refleksi pertama, bahwa penciptaan alam semesta itu “baik adanya.” Termasuk tokoh-tokoh yang mengawali kemanusiaan itu [ Adam dan Hawa] “baik adanya”.
“Baik adanya” bagi saya berarti mereka memiliki kecerdasan intelektual maupun kecerdasan intuitif. Mereka memiliki akal yang gemilang maupun hati nurani yang bening. Mereka tidak terpolusi oleh berbagai bentuk keinginan ego yang memanjakan diri sendiri.
Manusia pertama digambarkan memiliki relasi yang akrab dengan Sang Pencipta. Sehingga setiap saat mereka “ada bersama” dengan Dia.
Kemudian datanglah musibah itu. Manusia tergoda untuk memilih “solusi alternatif.” Manusia pertama diberi disinformasi bahwa Allah itu curang. Bahwa Allah itu pembohong. Bahwa Allah itu mau enaknya sendiri. Bahwa Allah tidak memberikan “apa yang terbaik” bagi mereka.
Mereka digoda untuk memakan buah dari pohon “pengetahuan baik dan jahat”. Pohon “pengetahuan moral.” Bukan makan buah apel atau buah kuldi seperti kerap tertulis pada kitab dongeng anak kecil.
Saat Hawa – dan kemudian menyusul Adam - memakan buah “pengetahuan baik dan jahat” itu mereka telah memakan buah dari “pohon logika”. Dan benarlah seperti nubuat Allah sendiri: “pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Tentu saja yang mati bukanlah tubuh fisikalnya, melainkan hati nuraninya. Kehidupan spiritualnya mati karena mereka telah membuang “kebijaksanaan Tuhan” dan menggantikannya dengan “kebijaksanaan ego” dari dirinya sendiri.
Mereka telah membuang “petunjuk Allah” dan menggantikannya dengan “bisikan Iblis” yang diperlambangkan dengan simbol si “ular tua”. Siapapun yang menomor-duakan firman Allah dan menomor-satukan bisikan iblis - atau bisikan hasrat egonya - mengalami kematian spiritual.
Terlepas dari bagaimana caranya alam semesta itu berkembang menjadi semakin sempurna – apakah secara one shot ataupun secara evolusioner – kemanusiaan itu sendiri tetap bertahan dari zaman ke zaman hingga detik sekarang ini. Kenyataannya SEMUA yang namanya manusia turut serta dalam kemanusiaan yang berawal dari Adam dan Hawa.
Maka pilihan awal kemanusiaan untuk mengandalkan pilihan ego sendiri tentang “yang baik dan jahat” bagi dirinya, serta merta menjadi kecenderungan kodrati siapa saja dan semua yang mengambil bagian dalam kemanusiaan atau humanitas itu sendiri.
Yaitu kemanusiaan yang “telah cacat kodrat” karena pernah sejak awal menolak menuruti firman Allah. Mereka lebih menyukai pilihan sendiri berdasarkan pilihan bebas berdasarkan pertimbangan kebijakan rasional diri sendiri. Hal ini merupakan pelecehan luar biasa dan tak terampunkan terhadap kemahabijaksanaan Allah. Ini sama saja menyatakan bahwa pilihan Allah itu merupakan pilihan bodoh dan pilihan sendiri Adam dan Hawa itu pilihan terbaik buat mereka.
Kalau seorang warga melecehkan Presiden inkumben dengan menganggap beliau bodoh, maka sanksi pidana lewat somasi bakal ditujukan kepadanya. Tak terbayangkan bagaimana kalau manusia – apalagi pada awal kemanusiaan – justru melecehkan kebijakan Sang Penciptanya sendiri yang Mahakuasa. Karena Allah kodratnya tidak terbatas, maka pelecehan itu juga sifatnya tidak terbatas. Sehingga hukumannya pun tidak terbatas dan bersifat definitif: Yaitu sekali, tetapi untuk selamanya.
Maka kemanusiaan kita pada saat sekarang mewariskan cacat kodrati kemanusiaan tersebut. We are defective products of the humanity. Tidak yakin atau percaya? Coba biarkan anak kecil [anak sendiri dong, jangan anak orang lain] menuruti kemauannya sendiri sebebas-bebasnya – mau apa juga dikabulkan atau dibiarkan. Diempanin saja, istilah Betawinya. Lihatlah apa yang bakal terjadi !
Maka 99 dari 100 anak seperti itu akan bertumbuh menjadi liar dan memiliki perilaku serta mentalitas yang mengarah kepada “keburukan dan kejahatan’” Boro-boro akan mengarah kepada moralitas yang baik dan spiritualitas yang normal. Mestinya tidak harus demikian bukan, kalau kita tidak turut mewarisi cacat kodrati kemanusiaan yang diawali Adam dan Hawa?
Cacat kodrati itu ternyata juga bersifat lintas lokasi dan lintas waktu. Artinya, si ceteris paribus, anak di negara manapun, dari etnik apapun, dan dari kurun zaman manapun, bila dibiarkan bebas secara liar maka akan bertumbuh menjadi produk cacat sosial dan cacat moral yang sama. Jadi tak diragukan lagi bahwa cacat kodrati kemanusiaan itu sifatnya pasti dan definitif. JS.
Sumber:
articleammafamily.blogspot.com/2008/02
id.wikipedia.org/wiki/dam
By: sINta wULandaRI IX C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar