Senin, 09 Februari 2009

sejarah astronomi

[FISIKA] SEJARAH ASTRONOMI (Pusat Tata Surya Bukan Hanya Matahari)

SEJARAH ASTRONOMI (Pusat Tata Surya Bukan Hanya Matahari) oleh : Ahmad Chairudin
Pemahaman manusia akan ilmu pengetahuan (sains) tentang alam semesta pada tiga setengah abad sebelum masehi hanya didasarkan pada pengamatan (observasi) tanpa ada penjelasan yang didukung oleh eksperimen atau percobaan seperti yang lazim dilakukan untuk mengetahui suatu fenomena alam. Planet Bumi yang kita tempati ini mempunyai letak yang cukup unik, yaitu planet ketiga dalam susunan tata surya (solar system) maka ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan pergerakan benda langit yang salah satunya menunjukkan pergerakan yang unik seperti pergerakan retrograd Mars. Banyak pertanyaan yang terlintas pada masyarakat awam pada saat itu seperti, “Kenapa Mars mempunyai lintasan yang seolah dapat bergerak bolak-balik (retrograd) sedangkan planet lain tidak?”
Tentu saja pertanyaan tersebut pada saat itu belum dapat dijawab karena pada zaman itu teori yang diterima paling benar adalah teori Aristoteles yang menerangkan bahwa Bumi merupakan pusat tata surya. Selama berabad-abad teori ini dipertahankan bersamaan dengan kepercayaan pada saat itu bahwa Bumi itu datar. Sebelumnya Pytagoras telah membuat suatu model tata surya yang jauh berbeda dengan pandangan Aristoteles. Menurut Pytagoras dalam model tata suryanya, Bumi bukanlah pusat tata surya tapi letak Bumi, Bulan, Venus, Merkurius, Mars, Jupiter dan Saturnus bersama-sama mengitari suatu pusat yang oleh Pytagoras disebut sebagai titik api pusat. Dari sini sebenarnya kita bisa berpendapat bahwa teori Pytagoras telah menuju pada konsep Galaksi. Setelah beberapa abad kemudian manusia mendapatkan kenyataan bahwa Bumi bukan hanya berevolusi mengitari Matahari tapi juga bersama-sama Matahari berevolusi terhadap pusat Galaksi yang sekarang kita sebut sebagai Bima Sakti (Milky Way).
Sampai pada abad ke-15, teori Geosentris Aristoteles bertahan cukup lama sampai Nicolas Copernicus menemukan dan mengusulkan ide bahwa yang menjadi pusat tata surya bukanlah Bumi melainkan Matahari. Temuan dan usulannya ini mendukung usulan Aristacus yang sebelumnya telah menyatakan bahwa Mataharilah pusat tata surya. Sampai pada akhirnya usulan ini disebut sebagai teori Heliosentris (Helios artinya Matahari dalam bahasa Yunani). Teori ini telah banyak memakan korban, bukan hanya dari orang-orang awan yang percaya tapi juga dari kalangan ilmuwan. Di kalangan Gereja Ortodok, teori Aristoteles dianggap sebagai teori yang paling benar karena dianggap sesuai dengan yang tertulis dalam kitab suci sehingga mereka menganggap bahwa setiap teori baru yang menentang teori Aristoteles sama dengan menentang kitab suci dan yang menentang harus dihukum mati karena kalau tidak akan membawa umat pada jalan yang sesat.
Tak terkecuali ilmuwan sekelas Galileo pun mendapatkan perlakuan yang sama seperti para penganut heliosentris yang lain. Akan tetapi ilmuwan ini masih beruntung karena dia tidak sampai dihukum mati, melainkan hanya dikenakan hukuman tahanan rumah. Ironis memang, ilmuwan yang banyak mendapat ide justru dari gereja ini ternyata harus mendapat hukuman dari para petinggi gereja. Beberapa kejadian yang pernah tercatat adalah ketika dia memperhatikan lampu-lampu gantung gereja yang bergoyang tertiup angin. Saat itu dia mendapat kesimpulan bahwa yang ditempuh bandul (lampu-lampu gantung) adalah sama seberapa pun jauhnya dia terlontar. Setelah melakukan beberapa eksperimen, diketahui bahwa kecepatan gerakan bandul bukan ditentukan oleh seberapa jauh dia terlontar, melainkan oleh panjang tali penggantung bandul.Peristiwa lain yang juga cukup kita kenal adalah saat ilmuwan Italia ini membuktikan bahwa kecepatan benda jatuh tidaklah ditentukan oleh berat benda yang bersangkutan tapi ditentukan oleh bentuk benda yang berhubungan erat dengan gaya hambat udara. Pytagoras – Susunan tata surya menurut teori Pytagoras (Heliosentris) secara berurutan dimulai dari Api pusat,, Bumi, Bulan, Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, Saturnus.
Sumber Fisika_Indonesia
Riyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar