Polimer Di Dalam Rokok
Ada 4000 bahan kimia di dalam asap rokok sehingga pengurangan kadar nikotin atau tar yang diistilahkan dengan istilah low, light dan mild tidak akan mengurangi bahaya yang terkandung didalamnya. Salah satu dari sekian banyak bahan kimia yang terkandung di dalam rokok adalah polimer. Bahan – bahan kimia lainnya yang digunakan untuk membuat sebatang rokok light diantaranya adalah sucrose, glycerol, calcium carbonate, propylene glycol, cocoa, akar licorine, diammonium hydrogen phosphate, perasa ( flavourings ), Carob bean, acetic acid, sorbic acid, citric acid, guar gum dan 4 hydroxy benzoic acid.
Selain menggunakan kertas yang terbuat dari salah satu polimer alam ( selulosa ), di dalam rokok juga mengandung polimer sintetik. Polimer ini berfungsi sebagai bahan perekat ( binder ) untuk kertas rokok. Sebelum menggunakan bahan perekat sintetik, pabrik rokok banyak menggunakan bahan perekat dari alam yaitu kanji ( starch ). Bahan ini kurang menunjukkan sifat yang memuaskan baik dalam hal daya rekat, kemudahan proses maupun kestabilannya.
Jika dibandingkan dengan perekat sintetik, kanji memiliki daya rekat yang jauh lebih rendah. Bahkan terkadang sebatang rokok yang sebelumnya telah rapi terbungkus dapat lepas ikatannya karena kurang kuatnya daya rekat dari kanji. Kanji juga terlalu higroskopis sehingga membuat rokok menjadi lembab. Larutan kanji yang bersifat thixotropy membuat larutan kanji tidak mudah untuk diproses dengan mesin berkecepatan tinggi. Larutan Kanji mudah sekali untuk ditumbuhi oleh jamur sehingga waktu pakainya ( shelf life ) menjadi pendek.
Polimer sintetik yang digunakan untuk meggantikan fungsi kanji adalah kopolimer ethylene vinyl acetate (EVA) dan homopolimer polivinyl acetate (VAc). Struktur kimia dari poly ( vinyl acetate ) dapat dilihat pada gambar. Polimer-polimer tersebut berbentuk cairan kental berwarna putih susu (milky white). Agar menjadi perekat ideal untuk rokok, bahan perekat tidak boleh berubah kekentalan atau viscositasnya pada saat digunakan pada kecepatan tinggi (high speed machine). Pada kecepatan mesin yang mencapai 6000 batang per menit, bahan perekat harus cepat kering dan tidak menimbulkan percikan serta tidak berbau.
Untuk mencapai sifat – sifat tersebut maka polimer harus memiliki stabilitas yang cukup baik di dalam pelarut air sehingga polimer tidak akan rusak pada saat high speed. Untuk menjaga stabilitas polimer di dalam air dapat digunakan material polivinyl alkohol, selulose ether atau surfaktan. Agar tidak menimbulkan percikan, berat molekul polimer tidak boleh terlalu kecil. Untuk mempercepat proses pengeringan biasanya ditambahkan alkohol. Timbulnya bau seringkali diakibatkan oleh adanya bahan yang mudah menguap ( volatile ) yang masih terkandung di dalam polimer. Untuk menghindari bau bahan ini harus dihilangkan dengan cara diuapkan atau dengan menambahkan bahan kimia tertentu seperti garam oxyacids sulfur dan persulfate.
Proses Degradasi Polimer
Walaupun berbagai usaha dapat dilakukan untuk meningkatkan performance dari polimer perekat tetapi jika sebatang rokok sudah dinyalakan tetap saja akan menimbulkan potensi bahaya. Polimer dapat mengalami penguraian atau degradasi jika terkena panas. Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari proses degradasi dan produk degradasi dari kopolimer ethylene vinyl acetate dan homoplimer vinyl acetate. Norman S.Allen dkk dalam publikasinya di Journal Polymer Degradation and Stability ( 2001 ) melaporkan bahwa pada saat pemanasan, kopolimer EVA akan mengalami penguraian atau degradasi menghasilkan berbagai bahan kimia seperti radikal hidroksi atau hidroperoksida, keton, senyawa karbonil, diena terkonjugasi, lakton dan berbagai macam species vinyl lainnya.
Sedangkan Ian. C dkk dalam jurnal yang sama menunjukkan bahwa pada pemanasan, polivinyl acetate akan mengalami penguraian atau degradasi menghasilkan asam asetat, senyawa ester, senyawa aromatik dan produk – produk hasil degradasi yang lainnya. Hasil degradasi dari kedua polimer tersebut ditandai dengan munculnya warna kuning pada kertas rokok. Bahan-bahan kimia hasil degradasi dari kedua jenis polimer tersebut terbukti dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kanker, stroke, jantung dan paru – paru.
Sampai saat ini, belum ditemukan suatu cara yang efektif untuk mencegah degradasi thermal dari kedua jenis polimer tersebut sehingga benar kata Tjandra Yoga Aditama dalam tulisannya di kompas (31 / 5 / 2003) bahwa potensi bahaya rokok tidak hanya terletak pada rendahnya kadar nikotin dan tar saja, tetapi pada bahan- bahan kimia lain yang terkandung di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar