KEBUTUHAN anak untuk berinteraksi dengan sesama teman tidak dapat dielakkan lagi, karena manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu setiap manusia pasti berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya tersebut dapat dibentuk melalui hubungan manusia dengan kelompok atau hubungan manusia dengan lingkungan.
Dalam menjalin hubungan antara anak dengan orang lain dalam pergaulan sehari-hari akan ditemui sifat-sifat buruk, seperti iri dengki, sombong, kekanak-kanakan, egois, malas, boros, manja, berpikiran negatif, tidak percaya diri, dan minder atau rendah diri. Dari beberapa sifat buruk tersebut penulis memfokuskan pada sifat buruk minderatau rendah diri. Minder atau rendah diri terkadang menjadi sifat yang suka bersemayam di dalam jiwa seseorang.
Kata minder berasal dari Bahasa Inggris ‘feel inferior’ yang berarti rendah diri. Minder sebenarnya adalah sifat yang menunjukkan rendah diri yang dapat mengganggu aktivitas pergaulan anak sehari-hari. Timbulnya rasa minder atau rendah diri ialah salah satu jenis perilaku yang tidak komunikatif dan tidak mau berinteraksi.
Sebab-sebab anak minder dari pergaulan dapat bersumber dari faktor kecacatan fisik, adanya kekurangan yang terdapat di dalam diri, timbulnya lintasan pikiran yang menggambarkan diri rendah, dan adanya angan-angan yang tidak tercapai.
Anak minder dari pergaulan perlu segera diatasi. Adapun cara mengatasi anak minder dari pergaulan dapat dilakukan sebagai berikut: (1) kenalilah apa yang membuat diri kira rendah diri atau minder, (2) kontrollah lintasan-lintasan pikiran kita, dan (3) hentikan angan-angan yang berlebihan.
Mengenali Diri
Minder atau rendah diri merupakan akibat. Oleh karena itu, harus segera diatasi. Seseorang yang terkena penyakit minder harus mencari tahu penyebabnya. Dengan cara menyelidiki diri sendiri dan menanyakan kepada diri sendiri mengapa harus merasa minder atau rendah diri. Tinjau sisi alasan kuatnya mengapa bisa menjadi minder atau rendah diri. Terlebih-lebih di dalam belajar kita harus senantiasa mengenal diri sendiri dan memiliki kemauan, sebab kemauan belajar akan timbul oleh perasaan senang. Jadi kita harus menyadari pelajaran itu berguna bagi kita sendiri, di samping itu yang harus diperhatikan adalah: (1) senang kepada Ibu/Bapak guru yang memberikan pelajaran; (2) percaya pada diri sendiri dan punya sifat disiplin.
Mengenali diri sendiri memang terasa amat sulit, tetapi hal itu bisa dilakukan. Hal ini dikarenakan di samping seseorang memiliki kelemahan di dalam dirinya pasti mempunyai kelebihan. Untuk itu kelebihan yang dimiliki hendaknya kita akui. Siapa lagi yang akan mengakui kelebihan kalau tidak kita sendiri. Bisa jadi persoalan yang selama ini menjadi penyebab belum pernah mendapatkan pujian, bukti dari pengakuan yang membuat semangat hidup memiliki gairah yang tinggi tanpa bermuara pada kesombongan.
Mungkin saja, penyebabnya karena seseorang belum mendeklamasikan kelebihan dengan sebuah karya nyata. Untuk itulah setelah mengenali kelebihan, seseorang tak cukup mengenalnya namun terus diasah, dilatih, ditempa, hingga menjadi terampil dan menjadi ahli dalam bidang yang menjadi kelebihan tersebut. Bila mengatasi minder berhasil dilakukan, rasa minder ini akan merasa tidak betah berlama-lama bersemayam dalam jiwa seseorang.
Mengontrol Lintasan-Lintasan Pikiran
Mengatasi minder harus dilakukan sejak dini. Hal ini dilakukan karena membiarkan diri dikendalikan oleh lintasan-lintasan pikiran diri sendiri akan membuat kita terus larut dan selalu merasa rendah diri. Oleh karena itu, kita perlu mengatasi minder dengan cara mengendalikan lintasan-lintasan pikiran itu. Pada dasarnya diri sendirilah yang mengarahkan dan merasa mampu mengatasi hal-hal yang menyebabkan terjadinya minder. Jangan sampai lintasan pikiran terus dibiarkan sehingga menjadi tak terkontrol.
Pengontrolan pikiran dapat dilakukan dengan berusaha menyeimbangkan pikiran. Memberikan gambaran informasi tentang kekurangan atau kelemahan. Memasukkan data informasi tentang kelebihan-kelebihan. Pergaulan pikiran ini haruslah selalu dimenangkan dengan banyak memikirkan akan kelebihan diri sendiri. Di samping didukung dengan kegiatan nyata yang lebih banyak berkarya dan mengaplikasikan kelebihan dalam karya nyata yang terus digeliatkan. Sebuah kesalahan fatal apabila seseorang menghabiskan waktu yang terus memikirkan tentang kekurangan diri.
Jika seseorang telah berhasil mengatasi dengan cara melakukan olah pikiran antara kekurangan dan kelebihan, maka kemungkinan seseorang akan mampu mengatasi rasa minder atau rendah diri itu.
Menghentikan Angan-Angan yang Berlebih-lebihan
Berangan-angan memang bisa menyenangkan. Namun berangan-angan yang terus-menerus secara berlebih-lebihan akan menghasilkan tipuan yang menyakitkan. Sebab, dikala tersadar dari angan-angan kenyataan hidup yang jauh berbeda dengan angan-angan inilah yang menyakitkan.
Usahakan jangan berangan-angan dengan memikirkan terlalu jauh rencana yang akan diraih. Berangan-angan sama halnya seperti melamun dengan berbagai andai-andai. Di antaranya “Seandainya saya tidak memiliki kekurangan atau kelemahan A tentu saya akan bisa berbuat B. Seandainya saya tidak memiliki kekurangan A ini saya tentu bisa meraih C, D, E, F bahkan sampai Z pun akan kembali kepada B lagi dengan versi muatan angan-angan yang lebih dalam lagi.” Jika kita tidak segera terjaga karena adanya seputar kelemahan yang ada pada diri menjadi hilang dan digantikan dengan kelebihan sesuai dengan angan-angan. Oleh karena itu, segera mengkondisikan diri sebagai orang yang tidak gemar menyendiri setiap saat. Bergabunglah dengan orang lain dengan membicarakan sesuatu yang tidak membuat lamunan menjadi tinggi. Dengan bergaul dan mengobrol hal-hal yang tidak menjadi lamunan sedikit banyak akan menghilangkan halayan-hayalan yang tidak bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar